Posted by Unknown on Minggu, Desember 23, 2012 in opini | No comments
Happiness Versi Pejabat Korup
Semua orang dalam kehidupannya,
sesungguhnya selalu mengejar kebahagiaan atau happiness, tulis Aristoteles,
salah satu filosof paling kondang yang dikenal manusia.
Aritoteles hidup sekitar 330 tahun
sebelum masehi. Dia murid dari Plato (murid Socrates), dan sebagai penasihat
Alexander the Great atau yang lebih dikenal dengan Alexander Agung. Selama kehidupannya
yang relatif panjang, ia berhasil menulis tentang
berbagai topic : mulai dari fisika, astronomi, retorika,masalah tidur, mimpi, etika, moral sampai politik. Karyanya tentang masalah etika diakui sebagai karya Aristoteles yang paling akbar. Tidak kurang 150 halaman digoreskannya khusus mengenai masalah etika.
berbagai topic : mulai dari fisika, astronomi, retorika,masalah tidur, mimpi, etika, moral sampai politik. Karyanya tentang masalah etika diakui sebagai karya Aristoteles yang paling akbar. Tidak kurang 150 halaman digoreskannya khusus mengenai masalah etika.
Di dalam pemikirannya tentang etika
itulah Aristoteles mengupas habis mengenai Happiness atau kebahagiaan. Manusia harus
senantiasa mencari kebahagiaan; bahkan mati pun, kalau bisa , seseorang mati
secara bahagia.Kebahagiaan harus dapat dibedakan dengan kesenangan (Pleasant).
Berbicara mengenai kesenangan, pada
umumnya identik dengan tubuh (faktor dari luar); sedangkan kebahagiaan identik
dengan kejiwaan( faktor dari dalam). Orang yang dapat memperoleh kesenangan
belum tentu merasakan kebahagiaan. Konkretnya manusia dikatakan bahagia jika ia
senantiasa berikhtiar untuk mencari dan berbuat kebajikan. Berbuat jujur,
mencari kebenaran dan keadilan, menghormati sesama, bersikap rendah hati , selalu
siap membantu orang lain. Itulah beberapa karakteristik kebajikan.
Tentunya Aristoteles tidak menampik kesenangan;
bahwa kita mencari kesenangan yang bersifat jasmani, hal itu tidak salah. Keinginan
untuk mencari kekayaan, menikmati seks, mencari ketenaran menikmati hobi,
aktualisasi diri terkait karier atau profesi. Tapi kesenangan yang terlalu over
dapat merusak tubuh dan jiwa kita. Kesenangan selalu bersifat sementara,
sedangkan kebahagiaan selalu bersifat abadi (everlasting).
Bila kita perhatikan, misalnya air
muka rohaniawan, pendidik, filosof, orang bijak, orang berilmu, kita dapat
melihat air muka yang cerah dan bahagia, karena mereka senantiasa mencari yang
baik, yang tinggi derajatnya, bahkan mereka dekat dengan Sang Pencipta.
Memang harus kita akui bahwa ‘kebajikan’
merupakan hal langka di zaman yang edan yang penuh bergelimangan harta dan
godaan duniawi. Dan “Fenomena gila” yang belakangan terjadi sudah membuat kita
mengelus dada. Ada seorang Pejabat yang hidup dengan banyak istri. Aceng Fikri,
Bupati Garut, tiba-tiba mendapat eksposur besar di media kita karena terbongkar
mengawini seorang gadis dibawah umur secara kilat, hanya empat hari. Dan alasan
yang terlontar dari Sang Bupati adalah karena gadis itu sudah tidak perawan.
Pantaskah?? *just think*
Para pejabat, sebagian beramai-ramai merampok uang rakyat; tidak ada lagi rasa takut tertangkap dan masuk hotel prodeo. Tidak sedikit sipir penjara yang secara terang-terangan menjual narkoba kepada narapidana. Hukum diperjual-belikan dengan uang. Bahkan seorang Hakim Agung juga ada yang tidak malu-malu “menilep” putusan kasasi, mungkin demi kepentingan dirinya.
Mungkin ada kesalahan pandangan
mengenai kebahagiaan bagi para pejabat kita sekarang ini. mereka mengira harta
adalah sumber kebahagiaan; sehingga mereka tanpa ragu untuk mengejarnya, tanpa
ragu mengambil harta yang bukan haknya tanpa peduli akibat yang ditimbulkan
dari perbuatan-perbuatannya. Aturan agama dan aturan pemerintah mereka langgar.
Mungkin di antara mereka banyak yang
berhasil di tangkap, namun tak sedikit pula atau bahkan banyak, mereka yang korup masih
bebas berkeliaran dan menikmati hasil korupsinnya dengan santai.
0 komentar:
Posting Komentar